Bahagianya Menjadi Seorang Ibu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Tak terbayangkan sebelumnya jika aku harus menjadi seorang ibu pada saat usiaku masih terbilang muda, 23 tahun, dan masih menyandang predikat sebagai mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Tapi itulah pilihan yang aku ambil. Sebuah pilihan, yang mungkin bagi sebagian mahasiswi, bisa dibilang cukup berani. Betapa tidak, aku yang dikenal cukup aktif di organisasi ekstra kampus dan senang keluyuran (touring, camping dan nangkring, hehehe...), harus menjadi seorang istri dan merelakan aktivitas ekstra kampus untuk ditinggalkan. Menyesal? Tentu tidak, karena sebelum aku mengambil pilihan ini, aku sudah memikirkannya masak-masak dan hasil diskusi dengan sahabat-sahabat dekatku.

Sekarang, aku sudah menjadi seorang ibu. Sungguh suatu kebahagiaan yang tak terkira ketika pertama kali menjadi seorang ibu, apalagi ibu dari seorang anak yang lucu, sehat, dan tampan. Hampir setiap ibu mungkin akan merasakan hal yang sama, yaitu kebahagiaan yang tak terkira. Rasa sakit yang tak tertahankan ketika melahirkan menjadi hilang seketika ketika bayi kita lahir dengan selamat. Kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Perasaan senang, haru, cinta, dan rindu berbaur menjadi satu.

Namun kadang menjadi seorang ibu juga cukup menyiksa karena kita harus selalu terjaga ketika bayi kita membutuhkan buaian dan ASI walau tengah malam buta sekalipun. Tapi itu konsekwensi dari seorang ibu. Rasa lelah dan kantuk pun hilang seketika ketika bayi kita tersenyum dengan senang dan kemudian tidur pulas dengan tenang. Sekarang aku jadi lebih faham mengapa ibu kita bisa menyayangi anak-anaknya melebihi kasih sayang seorang ayah. Mungkin karena kedekatan ibu dan anak sejak masa kandungan melebihi kedekatan ayah dengan anaknya. Dalam kandungan ibu kita hidup, dari darah ibu kita makan, dengan buaian ibu kita tidur. Betapa besar pengorbanan ibu kepada anaknya. Maka pantas Nabi Saww mengatakan bahwa "syurga itu ada di telapak kaki ibu" dan berbakti kepada ibu lebih utama daripada kepada ayah.

Sebagai seorang ibu, aku hanya bisa berharap, semoga anakku menjadi anak yang shaleh, anak yang cerdas, anak yang berbakti, dan anak yang berguna bagi semua makhluk ciptaan Tuhan. Seperti nama yang diberikan ayahnya, Muhammad Bintang Cahya Semesta, mudah-mudahan anakku menjadi muhammad (orang yang terpuji), yang kreatif dan berdikari (karena bintang memiliki cahaya sendiri), dan mampu memberikan cahaya mamfaat bagi alam semesta. Amien ya Allah yaa rabbal 'alamin...

Bunda

Artikel terkait:


3 komentar:

  1. Hoyong nyobian komentar di istrina kang eNeS.
    Kumaha damang bunda? Salam ti abdi urang Sumedang

    BalasHapus
  2. Berbahagialah para ibu. darinya telah lahir sebuah sejarah........

    BalasHapus
  3. wah seneng ni kalau jadi ibu, oh iya cari tau yuk cara memperbanyak asi sampai bayi umur 2 tahun :)

    BalasHapus

Thanks ya atas komentarnya...